WHO: 13 Tantangan Dalam Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan

WHO: 13 Tantangan Dalam Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan – Organisasi Kesehatan Dunia atau yang disingkat WHO (World Health Organization) adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional serta juga bertempatkan di Jenewa, Swiss. WHO sndiri didirikan oleh PBB pada 7 April 1948.

Direktur Jendral yang sekarang ini yaitu Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO pun mewarisi banyak mandat serta juga persediaan dari organisasi sebelumnya, Organisasi Kesehatan yang merupakan agensi dari LBB. slot online

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ini pun merilis 13 tantangan kesehatan dunia yang mendesak untuk diatasi pada tahun 2020. Daftar ini sendiri disusun oleh berbagai masukan dari para ahli di seluruh dunia. https://www.benchwarmerscoffee.com/

WHO: 13 Tantangan Dalam Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan

“Kita perlu untuk menyadari bahwa kesehatan adalah investasi di masa depan. Negara yang berinvestasi secara besar-besaran untuk melindungi rakyatnya dari serangan teroris tetapi tidak terhadap serangan virus, yang bisa jauh lebih mematikan,” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom

Dilansir berdasarkan dari laman resmi WHO pada Kamis (16/1/2020), Tedros yang menyatakan wabah penyakit bisa membuat ekonomi dan suatu negara runtuh. Oleh karena itu, kesehatan bukan hanya masalah kementerian kesehatan saja.

Berikut ini merupakan ulasan dari 13 tantangan kesehatan dunia yang akan dihadapi hingga tahun 2030.

1. Peningkatan Kesehatan di Tengah Krisis Iklim

WHO pun menyatakan bahwa krisis iklim adalah krisis kesehatan. Polusi udara yang telah membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Perubahan iklim pun juga membuat peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, memperburuk kekurangan gizi, hingga memicu penyebaran penyakit menular seperti malaria.

WHO: 13 Tantangan Dalam Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan

“Emisi yang sama inilah yang menyebabkan pemanasan global bertanggung jawab atas lebih dari seperempat kematian akibat serangan jantung, strok, kanker paru, dan penyakit pernapasan kronis,” tulis WHO.

Oleh karena itu, para pemimpin baik di sektor publik dan swasta harus bekerja sama untuk membersihkan udara dan mengurangi dampak kesehatan dari perubahan iklim.

2. Pelayanan Kesehatan di Tengah Konflik dan Krisis

WHO memperhatikan bahwa di 2019, banyak penyakit yang membutuhkan respons cepat di negara-negara dengan konflik berkepanjangan. Petugas serta fasilitas kesehatan juga jadi sasaran.

“WHO telah mencatat sebanyak 978 serangan terhadap perawatan kesehatan di 11 negara tahun lalu, dengan 193 kematian.”

Selain dari pada itu, konflik membuat warga keluar dari rumahnya sendiri dan membuat puluhan juta orang kesulitan mengakses perawatan kesehatan.

3. Perawatan Kesehatan yang Lebih Adil

WHO pun memberikan pernyataan tentang kesenjangan sosial dan ekonomi menghasilkan perbedaan besar dalam kualitas kesehatan masyarakat. Di tengah itu, terjadi peningkatan global pada penyakit tidak menular.

WHO pun juga menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengurangi kesenjangan adalah lewat perawatan kesehatan primer yang menjawab sebagian besar kebutuhan kesehatan. Mereka menyerukan pada semua negara untuk mengalokasikan 1 persen lebih banyak dari Produk Domestik Bruto untuk meningkatkan layanan kesehatan primer.

4. Memperluas Akses Obat-Obatan

“Akses yang masih rendah ke produk kesehatan berkualitas mengancam kesehatan dan kehidupan, yang dapat membahayakan pasien dan memicu resistensi obat,” tulis WHO.

Mereka juga menyatakan, dalam sebagian besar sistem kesehatan, obat-obatan dan produk kesehatan merupakan pengeluaran terbesar kedua setelah pekerja.

5. Menghentikan Penyakit Menular

WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun 2020, HIV, tuberkulosis, hepatitis, malaria, dan penyakit tropis yang diabaikan lain bisa membunuh sekitar 4 juta orang. Kebanyakan dari mereka yang rentan adalah warga miskin.

Selain dari pada itu, penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin seperti campak dan polio masih mengancam. Akar penyebabnya yaitu tingkat pembiayaan yang tidak mencukupi serta kelemahan sistem kesehatan di negara-negara endemik dan kurangnya komitmen pada negara kaya.

6. Persiapan Hadapi Epidemi

WHO juga menyatakan bahwa setiap tahunnya, dunia menghabiskan lebih banyak biaya dalam menanggapi wabah penyakit, bencana alam ,dan darurat kesehatan lain ketimbang mempersiapkan dan mencegahnya.

“Ini bukanlah permasalahan apakah pandemi lain akan menyerang, tetapi kapan, dan kapan pandemi itu menyebar dengan cepat serta berpotensi mengancam jutaan nyawa,” tulis WHO.

7. Perlindungan dari Produk Berbahaya

Makanan yang tak aman dan diet yang tak sehat bertanggung jawab atas sekitar sepertiga dari beban penyakit global saat ini. Belum lagi, masih ada kelaparan masih menjadi masalah.

“Dalam saat yang sama, orang mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula, lemak jenuh, lemak trans dan garam.”

Kelebihan dalam berat badan, obesitas dan penyakit yang berhubungan dengan diet juga meningkat secara global. Selain dari pad itu, tak semua negara memperlihatkan penurunan penggunaan produk tembakau. Rokok elektrik pun juga mulai menunjukkan bukti-bukti dari bahaya yang bisa muncul.

8. Berinvestasi pada Tenaga Kesehatan

WHO menilai bahwa, kurangnya investasi dalam pendidikan dan pekerjaan tenaga kesehatan, serta kualitas upah menyebabkan kekurangan tenaga kesehatan di seluruh dunia.

WHO: 13 Tantangan Dalam Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan

“Dunia akan memerlukan sebanyak 18 juta tenaga kesehatan tambahan pada tahun 2030, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk 9 juta perawat dan bidan.”

9. Menjaga Keamanan Remaja

Lebih dari sebanyak 1 juta remaja usia 10 sampai 19 tahun meninggal setiap tahunnya. Penyebabnya mulai dari kecelakaan, HIV, bunuh diri, infeksi saluran pernapasan, hingga kekerasan.

“Penggunaan seperti tembakau, narkoba yang berbahaya, kurangnya aktivitas fisik, hubungan seks tidak aman, dan paparan terhadap penganiayaan anak semuanay meningkatkan risiko penyebab kematian ini,” WHO menjelaskan.

10. Mendapatkan Kepercayaan Publik

Kepercayaan membentuk pasien ketika mengandalkan layanan kesehatan dan mengikuti saran petugas seputar vaksinasi, minum obat, hingga penggunaan kondom.

“Kesehatan masyarakat pun dikompromikan oleh penyebaran informasi yang salah di media sosial, serta melalui terkikisnya kepercayaan pada lembaga-lembaga publik.”

Karena itu, penguatan layanan kesehatan primer penting sehingga orang mampu mengakses layanan lebih efektif serta mampu mengenal para tenaga kesehatan dalam komunitasnya. Disamping itu, perusahaan media sosial pun harus memastikan bahwa informasi kesehatan yang diberikan bisa dipercaya.

11. Pemanfaatan Teknologi Baru

Teknologi baru yang merevolusi kemampuan dalam hal pencegahan, diagnosis, hingga pengobatan. Walau begitu, ini juga berpotensi menimbulkan pertanyaan dan tantangan baru seputar pemantauan dan regulasi.

“Tanpa adanya pemahaman yang lebih dalam tentang implikasi etis dan sosialnya, berbagai teknologi baru ini, yang mencakup kapasitas dan menciptakan organisme baru, dapat membahayakan orang-orang yang seharusnya mereka bantu,” tulis WHO.

12. Melindungi Obat-Obatan

Resistensi anti-mikroba yang mengancam dunia kembali ke era sebelum kemunculan antibiotik.

“Timbulnya resistensi anti-mikroba berasal dari berbagai faktor yang datang bersama-sama, untuk menciptakan kombinasi yang mengerikan, termasuk resep dan penggunaan antibiotik yang tidak diatur, kurangnya akses ke obat berkualitas dan terjangkau, serta kurangnya air bersih, sanitasi, kebersihan, dan pencegahan serta pengendalian infeksi.”

13. Menjaga Kebersihan di Layanan Kesehatan

Satu dari sejumlah empat fasilitas kesehatan di dunia kekurangan layanan air bersih. Padahal, perihal itu bersama sanitasi dan kebersihan sangat penting dalam sistem kesehatan.

“Kurangnya berbagai dasar ini di fasilitas kesehatan mengarah pada perawatan berkualitas rendah dan peningkatan kesempatan infeksi bagi pasien dan petugas kesehatan,” WHO menjelaskan.

Leon Daniels

Back to top